Adabeberapa cara, namun keberkesanannya bergantung juga kepada kedudukan kes yang berbeza-beza. 1. Tuan berubat kepada mereka yang ada kemahiran dalam hal berkaitan iaitu para perawat yang diyakini soleh. 2. Tuan jadikan diri seorang yang soleh dengan meningkatkan ilmu, iman dan amal. Cara begini dapat membantutkan minat jin-jin yang tidak soleh.
NamaBuku : Berteman Dengan Jin Ukuran/Hal : 15 x 23 cm / halaman. Berat: 150 gram. Penulis: Walid Kamal Syukur Penerbit: Penerbit Wafa Harga : Rp 17.000 ,--> Rp 15.000 Anda Hemat: Rp 2.000,- Pesan via Whatsapp: 0857 2510 6570 <- Cukup Klik Sinopsis Buku Berteman Dengan Jin - Walid Kamal Syukur - Penerbit Wafa
Mayoritasulama menyatakan makruh pernikahan manusia dengan jin. (Ilustrasi : Ist) Para ulama tidak seragam dalam menetapkan hukum menikah dengan jin. Ada yang mengharamkan, ada yang menganggap makruh, namun ada yang membolehkan. Sebagian ulama mazhab Syafii berpendapat boleh.
Melaluigambar gunting atau wajah di yang terlihat pertama di tes kepribadian ini, ungkap karakter Anda mudah berteman. Lihat karakter Anda selain itu, selengkapnya dalam hasil tes kepribadian tersebut. Berikut ungkap apakah karakter Anda berteman dengan mudah lewat tes kepribadian berikut, seperti dilansir Depor.
Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. Semesta Bertasbih Dalam surat Al Jin ayat 6 Allah telah mengingatkan bahwa ada segolongan laki laki dari manusia yang minta pertolongan dan perlindungan pada sekelompok laki laki dari bangsa Jin, dan bangsa Jin itu hanya menambah dosa dan kesesatan bagi mereka. Dan didalam surat Al A’raaf ayat 27 Allah juga sudah mengingatkan agar kita hati hati dan waspada terhadap bangsa jin , karena mereka bisa melihat kita dari tempat yang kita tidak bisa melihat dan bersahabat dengan bangsa Jin mudharatnya lebih besar daripada manfaatnya. Kita berteman dengan manusia saja yang bisa kita lihat dengan nyata masih sering tertipu, kadangkala orang yang kita percaya malah menghianati kita. Apalagi dengan bangsa Jin yang punya nafsu, akal, dan fikiran seperti manusia, yang bisa melihat kita dengan jelas sedang kita tidak bisa melihat mereka . Tentu saja kita tidak bisa tahu kalau Jin itu menipu dan membodohi demikian pada kenyataannya masih banyak orang yang tertarik untuk berteman dengan bangsa Jin, mereka tergiur berbagai keistimewaan dan kelebihan yang dijanjikan oleh bangsa Jin itu. Padahal semua janji itu adalah janji palsu dan penuh kebohongan seperti yang disebutkan Allah dalam surat Al Israak ayat 64 .”……dan tiada yang dijanjikan syetan pada metreka melainkan tipuan belaka”Kita diharamkan mengenal, mencari tahu, berteman atau memberi sesuatu pada Jin. Kewajiban kita adalah cukup meyakini bahwa mereka ciptaan Allah dan mereka itu ada. Bahkan Rasulullah melarang kita memiliki banyak kamar yang kosong di rumah. Lihat 20 Artikel Bagikan
Makhluk ciptaan Allah dapat dibedakan antara yang bernyawa dan tak bernyawa. Di antara yang bernyawa salah satunya adalah jin. Kata jin menurut bahasa Arab berasal dari kata ijtinan yang berarti istitar tersembunyi. Berhubungan dengan jin adalah salah satu pintu kerusakan dan berpotensi mendatangkan bahaya besar bagi pelakunya. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an وَّاَنَّهٗ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْاِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًاۖ “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” QS. Al-Jin 6. Berhubungan dengan jin adalah sesuatu yang tidak wajar, tidak seperti hubungan antar sesama manusia. Kalau pun terjadi hubungan, maka manusia berada pada posisi yang lemah, karena manusia tidak mampu melihat jin secara langsung, sedangkan para jin bisa melihat manusia. Inilah salah satu alasan mengapa manusia dilarang untuk berhubungan dengan jin, apapun bentuk hubungan tersebut tidak bisa dibenarkan. Walaupun jin tersebut mengaku muslim atau jin yang baik. Karena Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” QS. Al-A’raf 27. Meskipun ada jin yang muslim, tapi karena jin sudah ditakdirkan sebagai makhluk ghaib, maka tidak mungkin akan bisa berintraksi secara langsung, karena jin itu berada dalam alam ghaib maka berpotensi untuk menyesatkan manusia. Manusia tidak dapat memastikan kebenaran pengakuan para jin, tidak dapat juga melihat apalagi menyelidikinya. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan kita petunjuk dan kesabaran dalam menjalani kehidupan ini, dan Allah Ta’ala melindungi dan menjaga kita dari segala tipu daya syaiton baik dari bangsa jin maupun dari bangsa manusia. Allahumma aamiin. Wallahu a’lam bishowab. Shabirin Bagi Jama’ah sekalian yang tertarik untuk berkontribusi terhadap syiar dakwah dan wakaf untuk pembangunan sarana ibadah & belajar santri, bisa menyalurkannya melalui rekening berikut Bank Syariah Indonesia BSI an Yayasan Daarut Tauhiid
loading...Rasulullah SAW mengajarkan kita agar berlindung dari kejahatan para jin. Foto ilustrasi/Ist Jin adalah makhluk yang tidak dapat dijangkau indra manusia. Di antara hal-hal ghaib yang dikabarkan oleh Al-Qur'an yaitu Malaikat, jin, ruh, alam kubur, alam makhsyar, surga-neraka, kiamat dan lainnya. Pertanyaannya,sebagai muslim, bolehkah menggunakan harta yang didapat dari jin Islam sedang kita tidak tau dari mana harta tersebut? Bolehkah kita bekerja sama dengan jin? Berikut penjelasan Ustaz Ahmad Sarwat pengasuh Rumah Fiqih Indonesia ketika menjawab pertanyaan seorang jamaah seperti dilansir dari zaman Nabi Sulaiman 'alaihissalam, sesunguhnya jasa para jin tidak diperlukan lagi buat umat manusia. Beliau adalah Nabi yang secara khusus mendapatkan kekuasaan hingga ke tingkat bangsa jin. Sedangkan Nabi dan umat yang lain, tidak diberikan 'fasilitas' itu. Baca Juga Di hadapan Nabi yang juga raja ini, para jin harus tunduk dan patuh, karena beliau memang punya kekuatan yang melebihi kekuatan para jin. Oleh sebab itu, tidak ada seorang jin pun yang berani menipu atau melawan beliau."Berbeda dengan kita yang tidak diberikan kekuasaan untuk mengatur bangsa jin. Posisi kita tentu berbeda dengan posisi Nabi Sulaiman. Kita lebih mudah ditipu atau dikelabui oleh bangsa jin," jelas Ustaz punya kekuatan yang di luar jangkauan manusia. Sementara kita hanya mampu sekadar berlindung kepada Allah dari kejahatan mereka. Jadi kita tidak bisa secara aktif melakukan berbagai langkah untuk mematikan mereka, juga tidak bisa mengejar mereka ke sarangnya untuk kemudian melakukan ada jin yang melakukan kejahatan, maka kita tidak diberi perangkat oleh Allah untuk menegakkan hukum. Mau ke mana mengejarnya? Bayangkan kalau ada ribuan jin jahat melakukan kejahatan, bagaimana cara kita memenjarakannya?Yang diajarkan oleh Rasulullah SAW hanya sekadar berlindung dari kejahatan para jin, sebagaimana yang kita baca dari dua surat yang terakhir di dalam Al-Qur'an. Kita tidak diberi perangkat untuk bisa mematikan dan membungi hangus karena itu, kita tidak diberikan peluang oleh Allah untuk melakukan proyek-proyek kerja sama dengan bangsa jin, meski mereka mengaku beragama Islam. Kalau pun ada kerja sama, mungkin terjadi secara tidak langsung. Misalnya, ada ulama dari kalangan manusia yang mengajar ilmu agama, lalu sebagian dari bangsa jin ikut duduk mendengarkan dan mengambil manfaat dari majelis ilmu itu. Hal seperti ini boleh dibilang kerja sama, tetapi sifatnya tidak kerja sama yang sifatnya langsung belum pernah kita temukan contohnya, bahkan dari Nabi Muhammad SAW sekali pun. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam hanya pernah diundang oleh bangsa jin untuk menyampaikan ilmu agama saja. Itu pun hanya untuk satu malam Sirah Nabawiyah, kita belum menemukan kerjasama dakwah atau apapun dengan bangsa jin. Padahal Rasulullah SAW menjalani ratusan pertempuran dalam hidupnya. Logika sederhana kita akan mengatakan, seharusnya beliau gunakan saja jasa para jin. Toh banyak jin yang beragama Islam dan menjadi murid pernah ada riwayat yang menyebutkan bahwa sebuah perang diikuti oleh bangsa jin. Kalau pun ada bantuan dari makhluq ghaib, bukan jin melainkan Malaikat. Sebagaimana yang kita baca dalam ayat berikutثُمَّ اَنۡزَلَ اللّٰهُ سَكِيۡنَـتَهٗ عَلٰى رَسُوۡلِهٖ وَعَلَى الۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَاَنۡزَلَ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡهَا ۚ وَعَذَّبَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا ؕ وَذٰ لِكَ جَزَآءُ الۡـكٰفِرِيۡنَ"Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara para Malaikat yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang kafir." QS. At-Taubah 26Oleh karena itu, kami kurang sependapat bila ada orang yang ingin melakukan kerja sama dengan bangsa jin. Bahkan meski jin itu mengaku sebagai muslim. Sebab Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkannya atau mengingat bahwa jin itu bisa saja mengaku muslim, tetapi belum tentu pengakuannya benar. Bahkan meski dia benar-benar muslim sekalipun, belum tentu kualitas keIslamannya baik. Sebagaimana manusia muslim, ada yang baik dan ada juga yang tidak baik. Maka bangsa jin juga demikian. Belum tentu yang mengaku muslim juga berakhlaq Islami. Banyak dari mereka yang fasik, jahil, bandel dan rusak tidak pernah ada jaminan bahwa kerja sama dengan jin itu akan memberikan manfaat. Sedangkan kerugiannya sudah banyak A'lam Baca Juga rhs
Home Tausyiah Rabu, 20 Oktober 2021 - 1721 WIBloading... Mayoritas ulama menyatakan makruh pernikahan manusia dengan jin. Ilustrasi Ist A A A Para ulama tidak seragam dalam menetapkan hukum menikah dengan jin. Ada yang mengharamkan, ada yang menganggap makruh, namun ada yang membolehkan. Sebagian ulama mazhab Syafii berpendapat boleh. Ulama yang mengharamkan antara lain adalah Imam Ahmad . Sedangkan mayoritas ulama berpendapat makruh. Ulama yang memakruhkan antara lain Imam Malik , Hakam bin Utaibah, Qatadah, Hasan, Uqbah Al-Asham, Hajjab bin Arthah, Ishaq bin Rahawaih. Baca Juga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya berjudul Majmu’ Fatawa mengatakan mayoritas ulama menyatakan makruh pernikahan manusia dengan terakhir adalah membolehkan. Pendapat ini dikatakan oleh sebagian ulama mazhab Syafi’i. “Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehan pernikahan antara anak adam dan jin. Sejumlah ulama melarangnya, namun sebagian lainnya membolehkannya,” ujar Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithy sebagaimana dikutip Islamqa. Tertolak Secara LogikaAl-Manawy dalam kitab Syarh Al-Jami Ash-Shagir berkata, “Disebutkan dalam kitab Al-Fatawa As-Sirajiah dari kalangan Hanafi, Tidak boleh terjadi pernikahan antara manusia dengan jin, atau dengan manusia air. Karena perbedaan jenis’. Sedangkan dalam Fatawa Al-Barizi dari kalangan Syafi’i dikatakan, Tidak boleh terjadi pernikahan antara keduanya, namun Ibnu Ammad menguatkan pendapat yang membolehkannya.’ Al-Mawardi mengatakan perkara ini tertolak secara logika, karena berbedanya kedua jenis dan tabiat. Anak adam adalah dunia fisik, sedangkan jin adalah dunia rohani. Yang satu terbuat dari tanah, sedang yang satunya terbuat dari api. Perpaduan dengan perbedaan seperti itu pasti tertolak, dan tidak mungkin terjadi keturunan dengan perbedaan tersebut.”Sedangkan Ibnu Al-Araby, dari mazhab Maliki mengatakan pernikahan mereka dibolehkan secara logika, jika ternyata disahkan berdasarkan syariat, maka dia lebih berkata, “Tidak aku ketahui dalam Kitabullah dan juga dalam sunnah Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam nash yang menunjukkan dibolehkannya pernikahan antara manusia dengan jin. Bahkan yang tampak dari zahir ayat-ayat yang ada adalah tidak dibolehkan. Firman Allah Ta’ala dalam ayat ini,[arabOpen[والله جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجاًAllah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri” [ An-Nahl/16 72 ] Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia telah memberi nikmat kepada Bani Adam berupa isteri-isteri yang terdiri dari jenis mereka sendiri. Maka dipahami dari ayat tersebut bahwa Dia tidak memberikan isteri dari jenis yang berbeda, seperti perbedaan antara manusia dengan jin. Itu sangat tampak. Hal ini dikuatkan dengan firman Allah Ta’ala,وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” [ Ar-Rum/30 21 ] Firman Allah Ta’ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجا"Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri.” itu dalam konteks memberikan nikmat. Hal ini menunjukkan bahwa Dia tidak menciptakan istri-istrinya dari selain jenis mereka.” Baca Juga hukum menikah hubungan jin dan manusia jin dan setan menikah fiqih Artikel Terkini More 16 menit yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu 4 jam yang lalu
bolehkah berteman dengan jin